Sedangkan 25 orang masih dinyatakan hilang tertimbun longsor seperti, Litkusnin, pria, (60) Bibit, wanita, (55) Fitasari, wanita, (28) Arda, pria, (5) Janti, wanita, (50)
Mujirah, wanita, (50) Purnomo, pria,(26) Suyati, wanita, (40) Poniran, pria, (45) Prapti, wanita, (35) Cikrak, wanita, (60) Misri, wanita, (27) Anaknya misri, wanita, (3) 14. Katemun, pria, (55) Pujianto, pria, (47) Siyam , pria, (40) Nuryono, pria, (17) Menik, pria, (45) Kateno, pria, (55) Muklas, pria, (48) Jadi, pria, (40) Suyono, pria, (35) Suroso, pria, (35) Tolu, pria, (47) dan Situn, wanita, (45).
Proses evakuasi dihentikan pada Senin siang pukul 14.30 Wib karena hujan deras. Hujan yang berintensitas tinggi menghambat proses pencarian korban longsor. Selain itu juga terkendala oleh luasnya lokasi landaan longsor, terbatasnya peralatan, komunikasi dan potensi longsor susulan. Personil yang terlibat dalam penanganan bencana tanah longsor ini melibatkan 1.640 personil, antara lain TNI 200, Polri 200, Basarnas 45, BPBD 100, Tagana 100, Pemkab dan Tim kesehatan 600, relawan 350 dan Perhutani 45 orang.
Sementara itu penanganan pengungsi juga masih terus dilakukan. Berdasarkan pendataan dari BPBD Kabupaten Ponorogo ada 178 pengungsi yang tersebar di rumah-rumah penduduk. Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo menyatakan, “Tradisi orang Jawa saling tolong – menolong saudara atau tetangganya yang susah. Jadi korban untuk sementara tinggal di tempat warga lain yang aman lokasinya. Seperti di rumah Pak Lurah Banaran ada 30 orang, rumah Pak Agus Suryono 9 orang, rumah Pak Endar 55 orang, di Dusun Gondangsari 12 orang. Sedangkan di Dukuh Tangkil antara lain di rumah Pak Kisut 12 orang, Pak Sumanto 15 orang, Pak Parwoto 25 orang, Pak Bibit 20 orang,” ucap warga yang ditirukan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers nya.[BAY]