“Saat kejadian ada 7 pendulang yang sedang mencari intan, dilakukan secara rutin karena matapencaharian mereka adalah pendulang intan. Dua orang ada di atas sedangkan 5 orang berada di bawah. Tiba-tiba terjadi longsor yang menimbun mereka. Dua orang berhasil diselamatkan ( Ardi dan Ipul), karena berada di bagian atas. Sedangkan 5 orang yang berada di bagian bawah meninggal karena tertimbun material longsor di kedalaman sekitar 15 meter,” kata Sutopo.
Semua korban adalah warga Kecamatan Cempaka, atau warga sekitar lokasi tambang.
Evakuasi korban dapat dilakukan secara cepat, sejak kejadian hingga Selasa 9 April 2019 pukul 4.30 WITA.
Pencarian dilakukan secara manual karena alat berat tidak dapat dibawa di lokasi karena kondisi medan tidak memungkinan. Tim SAR gabungan didukung oleh lampu penerangan, mesin genset, pompa, dan dapur umum.
“Kendala evakuasi adalah hujan dan angin kencang dan medan berlumpur,” tutur Sutopo.
Longsor di area pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, bukan hal yang baru.
“Sudah sering terjadi dan menimbulkan korban jiwa. Tingginya risiko longsor di area pendulangan intan ini disebabkan cara menambang intan. Tentu ini perlu segera diatasi agar tidak terjadi longsor dan korban lagi. Pemerintah Kota Banjarbaru harus mengkaji dan melakukan langkah-langkah mitigasi, termasuk didalamnya kebijakan pembangunan di daerah ini. Pemkot Banjarbaru merencanakan menjadikan kawasan Desa Sei Pumpung, sebagai lokasi wisata, namun kendalanya lahan tersebut adalah milik masyarakat dan belum bisa dibebaskan,” imbuh Sutopo. (Rep-02)