RIENEWS.COM – Dokter di masa depan menghadapi perubahan besar dalam dunia kedokteran. Salah satunya, perubahan pola dan penanganan penyakit secara global, peningkatan prevalensi penyakit karena gaya hidup, meningkatnya jumlah lansia, munculnya sejumlah penyakit baru, dan pasien yang semakin kritis dan menuntut pelayanan optimal. Hadapi perubahan itu, diperlukan adaptasi pendidikan kedokteran agar menciptakan dokter yang medical expert, communicator, collaborator, leader, helath advocate, scholar.
Hal ini disampaikan Prof. Dr. Gandes Retno Rahayu, M. Med. Ed., Ph.D., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK-UGM), yang dilangsungkan di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa 2 April 2019.
Dalam pidato pengukuhan berjudul “Adaptasi Pendidikan Kedokteran Dalam Mendidik Dokter Masa Depan”. Gandes menyebutkan telah terjadi perubahan dalam dunia kedokteran. Salah satunya, perubahan pola dan penanganan penyakit secara global seperti peningkatan prevalensi penyakit karena gaya hidup, meningkatnya jumlah lansia, serta munculnya sejumlah penyakit baru.
Perubahan lainnya juga terjadi pada pasien yang semakin kritis dan menuntut pelayanan optimal. Selain itu juga perubahan karakteristik mahasiswa. Ditambah dengan laju evolusi teknologi informasi yang cepat turut mendorong laju evolusi teknologi kedokteran.
Menghadapi perubahan besar itu, Gandes menekankan pentingnya lembaga pendidikan kedokteran untuk mencetak lulusan professional, bisa menyediakan pelayanan yang aman bagi pasien.
Baca Berita:
Eksistensi Babinsa Kodim Tulang Bawang
Singkirkan Ratusan Pesaing, Hanna Sukses ke YSEALI Berkat Lidah Mertua
“Lulusan diharapkan mampu menjadi medical expert, communicator, collaborator, leader, helath advocate, scholar dan professional,” kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKKMK-UGM itu.
Gandes menyebutkan untuk menghasilkan lulusan seperti itu diperlukan penyesuaian dan perubahan dalam pendidikan kedokteran. Mulai dari mengubah proses seleksi mahasiswa, tidak hanya seleksi kemampuan kognitif seperti yang banyak dilakukan sebelumnya. Namun perlu dilengkapi dengan memepertimbangkan karakteristik individu, seperti EQ, kemampuan berempati, bekerja dalam tim, kemandirian, serta rekam jejak kerja sosial.
Berikutnya, seleksi tenaga pendidik/dosen juga perlu menggali kemampuan sebagai seorang pendidik. Misalnya, kemampuan menjadi fasilitator, desainer, asesor, dan pengembang sumber pembelajaran. Sementara untuk pengembangan profesionalisme dosen tidak hanya dengan workshop singkat, tetapi program yang terstruktur dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan setiap dosen.