Penggunaan panggilan “Ya ayyuhaladzina-aamanuu” berdasar pendekatan ilmu tafsir termasuk dalam kategori Surat Madaniyah. Artinya, perintah berpuasa itu dilakukan setelah aspek keimanan atau akidah kaum muslimin telah mantap atau teguh.
“Dengan seruan Ya ayyuhaladzina-aamanuu, secara semantik kita memang seharusnya menyambut puasa dengan gembira. Apalagi setelah (kata) ya ayuha, ada (kata) amanu,” jelas Mu’ti.
Lantaran ditujukan kepada kaum beriman, ibadah puasa Ramadan diwajibkan untuk mereka yang telah mukalaf. Orang mukalaf memiliki lima ciri, yakni beriman, balig, berakal sehat, merdeka, dan telah menerima dakwah.
Artikel lain
Di Papua, Presiden Jokowi Tegaskan Pembangunan Indonesiasentris
Puan Ketok Palu, RUU PPRT Menjadi RUU Inisiatif DPR
Bareskrim Polri Bekuk Ayah dan Anak Jaringan Narkoba Internasional
“Jadi ibadah puasa adalah exclusive invitation. Undangan khusus. Kedua, yang menjawab adalah iman kita. Karena itu, kualitas iman kita yang menentukan bagaimana respon kita terhadap panggilan itu,” papar Abdul Mu’ti. (Rep-04)
Sumber: Muhammadiyah