“Kita harus mulai dengan paradigma baru, yaitu Indonesia sebagai laboratorium bencana,” ungkap Syamsul Maarif.
Ia juga mengungkapkan bahwa akademisi dan intelektual memiliki peran khusus yang sangat bermanfaat dalam mendorong ketangguhan bersama. Saat menjabat Kepala BNPB periode pertama, Syamsul selalu menekankan peran perguruan tinggi dalam penanggulangan bencana. End to end dari penanggulangan bencana adalah keselamatan jiwa manusia.
Syamsul merupakan penggagas lahirnya konsep keilmuan dalam menanggulangi bencana, khususnya pengurangan risiko bencana. Ia sangat mendorong teknologi karya anak bangsa melalui kajian atau pemutakhiran riset maupun peralatan yang bermanfaat dalam penanggulangan bencana.
Melalui webinar itu, para narasumber menyatakan bahwa para intelektual memiliki peran strategis untuk membangun ketangguhan menghadapai bencana. Mereka dengan kemampuan pemikiran kritis dapat melakukan pendekatan kolaboratif di tingkat daerah dan pusat. Para akademisi maupun pakar diharapkan selalu bersinergi dengan heliks lainnya, yaitu pemerintah, masyarakat, lembaga usaha dan media massa.
Webinar yang digelar dengan kerja sama IABI dan Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (DPP PIKI), menghadirkan narasumber lainnya, Dr. Suprayoga Hadi, MSP (Wakil Ketua 1 IABI Bidang Kerja sama), Dr. Wilson Therik (Ketua Pusat Studi Bencana UKSW).
Pembukaan webinar menghadirkan Ketua Umum IABI Ir. Harkunti Pertiwi, Ph.D. dan Ketua Umum DPP PIKI Dr. Badikenita Putri Sitepu, S.E., M.Si. (Rep-02)