Campuran Aspal dan Ban Bekas Tingkatkan Kualitas Jalan Rel KA

Ilustrasi. [Foto Rienews]

Baca Berita: Umat Kristiani di Berastagi Gelar Karnaval Natal

Alat tersebut dipergunakan untuk pengujian tegangan tarik dan kekuatan tekan pada bahan, atau material. Ujicoba itu menghasilkan kesimpulan terkait vertical deformation yaitu bagaimana kekuatan material tersebut terhadap perubahan bentuk ketinggian struktur landasan rel.

Dengan adanya karet bekas, itu menghasilkan lapisan ballast yang lebih tahan lama, karena sifat elastis karet serta terikatnya material aspal mampu menurunkan potensi kehancuran jalan rel jika mendapat tekanan besar. Ballast adalah bagian dari badan jalan kereta api tempat penempatan bantalan rel.

“Jalan rel itu sangat rentan terhadap kerusakan, misalnya ballast yaitu material yang mudah hancur, apabila terkena hujan, erosi, dan penurunan tanah. Dari 2 persen aspal yang diuji coba dengan campuran 10 persen karet bekas yang bervariasi ukurannya, kemampuan menahan bebannya meningkat menjadi 28 persen yaitu 478 kilopascal. Dengan begitu maka ballast akan lebih bersifat mengikat dan bertambah kekakuannya. Jadi akan adaptif dengan tinggi beban yang diterima, dan bisa menambah jumlah penumpang kereta yang dibawa serta menambah beban batu bara yang dibawa oleh kereta api. Semakin kuat jalan relnya maka semakin tinggi kecepatan kereta. Di Indonesia, kecepatan rel normalnya 70 km/jam, padahal di luar negeri bisa mencapai kecepatan 400 km/jam. Material slab track yang biasa digunakan di luar negeri memakan biaya terlalu besar, jadi penelitian ini menjadi penengah dengan memanfaatkan ballast meski tidak harus meningkatkan kecepatan 400 km/jam, tetapi meningkat dari 70 km/jam hingga 200 km/jam,” tutur Dian.

Dalam waktu dekat setelah penelitian ini rampung, sebut Dian, bahan aspal bercampur karet bisa dipatenkan dan bisa diperkenalkan ke publik.

“Selama satu tahun penelitian ini berlangsung, banyak perkembangan positif terkait daya tahan bahan yang diujikan. Harapannya, teknologi ini bisa dipatenkan dan segera dipublikasikan secara umum di Indonesia. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada UMY yang telah membiayai dan mendukung penelitian ini. Ke depannya, penelitian ini akan terus dilanjutkan sehingga UMY bisa menjadi pioneer perkembangan kereta api di Indonesia, khususnya jalan relnya,” pungkas Dian. (Red | Rel)