Johannes menjelaskan, gejala DBD tergolong parah, meskipun pada fase ini panas tubuh mengalami penurunan diantaranya adalah kerusakan pada pembuluh darah, dan kelenjar getah bening, muntah-muntah yang disertai darah. Keluarnya darah dari gusi, hidung, napas terengah-engah, dan pembengkakan organ hati yang menyebabkan nyeri di sekitar perut.
“Penyakit demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Karena diperantarai oleh kedua serangga tersebut, maka demam dengue tidak bisa menular dari orang ke orang secara langsung selayaknya penyakit flu. Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus banyak berkembang biak di daerah padat penduduk, misalnya di kota-kota besar beriklim lembab dan hangat,” ucapnya.
Dikatakannya, dari data sementara ada 26 orang mengidap penyakit DBD, dan ada yang sudah pulang dan dirawat inap di rumah sakit yang ada di Karo.
Mendengar penjelasan tersebut, Bupati Karo, Terkelin Brahmana memerintahkan segera dibuat pendataan warga Desa Tongging Kecamatan Merek berapa jumlah terkena akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang dikenal dengan demam berdarah dan melakukan fogging (pengasapan) ke desa-desa tersebut mulai besok.
“Pastinya kita turur berduka cita atas meninggal dunianya dua warga kita akibat DBD. Saya minta seluruh perangkat desa agar bisa antisipasi dengan melakukan fogging, guna mencegah DBD dan timbulnya kembali korban jiwa,” ucapnya.[BAY]