DPR Nilai BRIN Lembaga Riset Superbody, BRIN: Justru Jadi Contoh Negara Lain

Kantor BRIN. Foto brin.go.id.
Kantor BRIN. Foto brin.go.id.

“Cita-cita beliau (Habibie) yang belum tercapai satu-satunya adalah mengintegrasikan lembaga riset. Saya tahu persis itu, karena saya dulu di Habibie Center. Saya juga dididik dan sekolah karena program beasiswa di era beliau saat Kemenristek dulu,” ungkap Handoko.

Sejauh ini, menurut Handoko, belum semua periset di BRIN terbiasa dengan pola kerja baru, karena BRIN mentransfomasikan kelembagaan dan tata kelola besar dalam sejarah Indonesia. BRIN mengintegrasikan unit-unit riset dari 72 kementerian dan lembaga, termasuk 5 entitas riset utama (LIPI, BATAN, LAPAN, BPPT, dan Kemenristek/BRIN), dan Balitbang dari kementerian dan lembaga.

Integrasi itu mengakibatkan critical mass riset dan inovasi, yaitu SDM, infrastruktur, dan anggaran akan meningkat. Kondisi tersebut yang akan menjadi pengungkit ekosistem riset dan inovasi, sehingga mendorong munculnya lembaga Research and Development (R&D) di kalangan industri.

Lebih lanjut Handoko menjelaskan, riset itu sebelumnya didominasi pemerintah. Sedangkan R&D industri sama sekali tidak berkembang, karena riset itu banyak kegagalan.

“Kalau sekarang kami bisa fasilitasi industri, karena kami punya infrastruktur, anggaran, dan perisetnya (SDM) menjadi satu. Jadi lembaga riset pemerintah cukup satu, BRIN saja. Yang harus banyak adalah lembaga riset non-pemerintah. Itu menjadi pengungkit ekosistem riset dan inovasi,” papar Handoko.

Integrasi lembaga-lembaga riset ke dalam BRIN, secara organisasi dan administratif telah selesai pada 31 Januari 2022. Jumlah lembaga R&D non-pemerintah akan menjadi indikator kerja utama BRIN ke depan.

“Sekarang berapa targetnya memang belum ada indikator kinerja secara formal, karena kami baru selesai integrasi. Ke depan, itu akan menjadi Key Performance Indicator (KPI) utama BRIN. Bukan membuat BRIN tambah besar, tapi membuat BRIN bisa menjadi enabler. Bisa menjadi pengungkit tumbuhnya R&D itu sendiri,” jelas Handoko.

Tiga Skema BRIN

Dengan pengintegrasian lembaga-lembaga riset, BRIN membuka tiga skema, yaitu infrastruktur melalui layanan ELSA (http://elsa.brin.go.id), mobilitas SDM (http://manajementalenta.brin.go.id), dan pendanaaan riset (http://pendanaan-risnov.brin.go.id).

Kini, setiap orang dapat mengakses infrastruktur yang ada di BRIN karena tersentralisir. Sebelumnya, hal itu tidak bisa dilakukan, karena tiap-tiap lembaga litbang terpisah.

“Kalau sendiri-sendiri, BRIN tidak sanggup biayai. Itu membuat banyak infrastruktur mangkrak. Kalau hal ini tidak kami lakukan, tidak bisa menjamin setiap orang melakukan riset dengan baik dan benar, karena tidak ada infrastrukturnya,” beber Handoko.

Handoko juga menjelaskan kantor-kantor BRIN di daerah yang diisukan ditutup merupakan kantor unit dari litbang kementerian dan lembaga sebelum integrasi ke BRIN. Saat integrasi, unit-unit tersebut tutup. Usai integrasi, BRIN harus melakukan konsolidasi.

Artikel lain

Gempa Turki, Presiden Erdogan Tempatkan Pengungsi di Hotel

IPK Indonesia Turun 4 Peringkat, Pukat UGM Sebut Akibat Revisi UU KPK

Sejarah Pers Perempuan Sumatera Sejak 1919 Telah Menyuarakan Feminisme

“Bukan sekedar gabung jadi satu. Itu percuma. Kami nggak serta-merta menutup. Kami memberikan kesempatan mereka pilih ke mana,” kata Handoko.

Semisal terkait penyatuan empat unit material science di Serpong menjadi satu unit dengan nama Pusat Riset Material Maju. Kemudian unit di Pasuruan sebagian memilih bergabung ke Bandung karena pusat risetnya di sana. (Rep-04)

Sumber: DPR, BRIN