Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Daryono di akun twitternya menuliskan, rentetan gempa di Curup, Provinsi Bengkulu, dipicu aktivitas Sesar Besar Sumatera.
“Rentetan gempa di Curup, Rejanglebong, Bnegkulu sejak tadi malam sudah lebih 10 kali dipicu aktivitas Sesar Besar Sumatra, tepatnya Segmen Ketaun,” tuit Daryono dengan melampirkan foto kejadian gempa bumi di Kabupaten Rejang Lebong, pada Kamis.
Dikutip dari antaranews.com, Daryono menjelaskan, gempa dipicu aktivitas Sesar Besar Sumatera, tepatnya pada Segmen Ketaun. Sesar ini memiliki magnitudo tertarget 7,3 dengan laju geser 12 mm/tahun. Jalur sesar ini di sebelah timur Curup, ke utara melalui Muba hingga Muaraaman.
Di wilayah tersebut sudah beberapa kali terjadi gempa kuat dan merusak dipicu aktivitas sesar aktif. BMKG mencatat setidaknya sudah terjadi empat kali gempa kuat dan merusak hingga menimbulkan korban jiwa. Gempat tersebut, yaitu pada 15 Desember 1979 magnitudo 6,0 merusak 3.600 rumah dan empat orang meninggal dunia. Pada 15 Mei 1997 magnitudo 5,0 merusak 65 rumah.
Kemudian pada 28 Oktober 2014 magnitudo 3,6 merusak 12 rumah dan dua tempat ibadah. Selanjutnya pada 15-20 Oktober 2017 terjadi rentetan gempa delapan kali gempa kecil magnitudo 2,5 – 3,5 yang menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan ringan.
Aktivitas sesar aktif memang patut diwaspadai, karena dalam peristiwa gempa meskipun kekuatannya kecil di bawah 5,0 jika kedalamannya sangat dangkal dapat menimbulkan kerusakan, apalagi didukung kualitas bangunan dengan mutu rendah, tidak mengacu aturan bangunan tahan gempa.
“Jadi, faktor terpenting dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian akibat gempa adalah mengadopsi dan menegakkan aturan bangunan gempa, di samping tata ruang dengan cara menjaga jarak bangunan dari jalur sesar aktif,” ujar Daryono.
Gempa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, pukul 15.30 WIB. Menurut BMKG, pusat gempa M5,1 berada di laut 73 kilometer tenggara Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, di kedalaman 24 kilometer. Guncangan gempa dirasakan dalam skala intensitas II MMI di Manado, Bolaang Mangondow Selatan dan Tutuyan. (Red)