Empat Kebiasaan Perayaan Idulfitri yang Mendatangkan Pahala dan Dosa

Presiden Jokowi menjamu Menhan Prabowo Subianto saat lebaran Idulfitri. Foto BPMI Setpres.
Presiden Jokowi menjamu Menhan Prabowo Subianto saat lebaran Idulfitri. Foto BPMI Setpres.

Empat Kebiasaan Buruk
Selain itu, ada empat kebiasaan umat muslim Indonesia saat Idulfitri yang justru mempengaruhi kadar kualitas pahala seseorang. Bahkan malah mendapatkan dosa, sehingga kebiasaan buruk itu harus ditinggalkan. Apakah itu?

Pertama, ajang pamer
Pamer merupakan kebiasaan yang tidak banyak disadari orang. Kebiasaan ini rentan terjadi bagi seseorang yang mudik ke pulang kampung, lalu memamerkan kesuksesan, kekayaan, serta pamer banyak hal. Kebiasaan pamer itu disebut riya yang dapat merusak amal.

“Hartanya sendiri dipamerkan aja sudah riya. Dan riya itu amalan atau aktivitas yang dapat menghapuskan amal,” ujar Luthfi.

Kedua, meninggalkan ibadah wajib
Masyarakat juga tak sadar sering meninggalkan ibadah yang wajib demi memeriahkan hal yang sunnah. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah meninggalkan salat Maghrib maupun salat Isya’ demi melakukan takbir keliling.

“Yang mestinya salat wajib, malah tidak menjalankan,” ucap Luthfi.

Begitu pula meninggalkan salat Subuh karena berfokus salat Idulfitri sebagai ibadah sunnah.

“Mestinya fokus pada hal wajib, baru hal sunnah,” kata Luthfi.

Ketiga, merayakan Idulfitri dengan mengganggu
Salah satu kebiasaan yang masih sering ada di masyarakat ketika Idulfitri adalah bermain petasan. Mereka memiliki niat untuk merayakan Idulfitri, tetapi tidak semua orang menyukai petasan yang lebih banyak keburukannya. Karbit adalah satu satu petasan yang harus segera dihindari.

“Zaman saya kecil itu karbit. Suaranya sampai sak desa ra isok turu kabeh (satu desa tidak bisa tidur semua). Itukan merayakan, tetapi mengganggu. Orang-orang yang merasa terzalimi malah dungo e elek (berdoanya jelek),” ucap Luthfi.

Keempat, mengabaikan silaturahmi
Luthfi juga sering menemui masyarakat yang mementingkan wisata terlebih dahulu daripada silaturahmi. Padahal, momen Idulfitri adalah saling bermaaf-maafan.

Artikel terkait

Ini Pernyataan Presiden Jokowi Sikapi Kenaikan Kasus Covid-19

Bupati dan Dandim Sleman Apresiasi Bazar Murah yang Didukung Dagangan

Ini Pesan Kapolri Kepada Pengendara Arus Mudik Lebaran 2023

“Mengunjungi tempat wisata nomor satu, silaturahmi yang sekian, bahkan diabaikan,” kata Luthfi. (Rep-04)

Sumber: Universitas Airlangga