“Demikian juga menurut penilaian Kementerian PUPR tahun buku 2018 bahwa, keadaan PDAM Tirta Malem adalah ‘sakit’. Dua tolok ukur ini harusnya menjadi cerminan guna melakukan langkah evaluasi, demi kebaikan PDAM Tirta Malem sendiri,” ucap Firman.
Baca Juga: Karyawan PDAM Tirta Malem 4 Bulan Tidak Terima Gaji
Salah satu sorotan konsumen, kata Firman, tidak maksimalnya pasokan air dari PDAM Tirta Malem kepada para pelanggan. Padahal, ungkap Firman, sudah ada penambahan sumber debit air PDAM Tirta Malem dan penggantian mesin.
“Anehnya, sudah ada penambahan debit air dari sumber mata air Aek Bolon yang sudah beroperasi lebih kurang lima bulan, serta penggantian mesin baru. Tapi, tetap saja air tidak maksimal, warga (pelanggan) masih mengeluarkan pengeluaran ekstra dengan membeli air,” pungkas Firman.
Hal ini diakui pelanggan PDAM Tirta Malem, Sri Ulina br Ginting, harus membeli air 6 hingga 8 drum per pekan.
“Dengan harga Rp6.000 per-drum. Coba bayangkan berapa pengeluaran kami per bulan, dan per tahun, khusus masalah air minum saja. Sudah bertahun-tahun kami jalani, karena sudah cukup capek berteriak-teriak masalah air minum yang disuplai PDAM Tirta Malem,” ujar Sri Ulina. (Rep-01)