Hoaks Politik Meningkat, Paling Banyak Foto dan Video

Ilustrasi aplikasi media sosial. Foto Pixelkult/pixabay.com.
Ilustrasi aplikasi media sosial. Foto Pixelkult/pixabay.com.

Semua Kandidat Kena
Semua calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menjadi sasaran utama hoaks politik. Hoaks tentang mereka ada yang bernada positif (melebih-lebihkan kandidat), sebagian bernada negatif (yang menyerang atau memfitnah kandidat). Anies Baswedan menjadi kandidat yang paling banyak disebut dalam narasi hoaks, meliputi sebanyak 206 bernada positif dan 116 bernada negatif. Selanjutnya Ganjar Pranowo (63 positif, 73 negatif), Gibran Rakabuming Raka (12 positif, 74 negatif), Prabowo Subianto (28 positif, 66 negatif), Mahfud Md (44 positif, 5 negatif), dan Muhaimin Iskandar (17 positif, 5 negatif).

Septiaji mengatakan konten hoaks politik itu masih didominasi saling serang antarpendukung kandidat. Sedangkan tingkat polarisasi dengan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjelang Pemilu 2024 tidak setinggi dibandingkan Pemilu 2019 dengan capres head to head Joko Widodo dan Prabowo.

“Jika pilpres masuk ke putaran kedua, perlu diwaspadai peningkatan hoaks dan ujaran kebencian yang menggunakan isu SARA,” ujar Septiaji.

Septiaji menyebut topik hoaks yang paling banyak ditemukan adalah dukungan atau pengakuan kepada kandidat (33.1 persen), isu korupsi (12.8 persen), penolakan terhadap kandidat (10.7 persen), dan karakter atau gaya hidup negatif kandidat (7.3 persen). Sedangkan isu kecurangan pemilu sebesar 5 persen dan isu SARA 3.9 persen.

“Isu kecurangan pemilu harus disikapi dengan sangat serius oleh penyelenggara pemilu. Karena isu ini yang diprediksi meningkat tajam setelah hari-H (14 Februari 2024), dan berpotensi membuat orang menolak hasil pemilu dan memantik keonaran. Kami sudah menemukan beberapa konten hoaks yang mendelegitimasi penyelenggaraan pemilu seperti hoaks mobilisasi ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), hoaks sistem teknologi informasi (TI) KPU, dan isu keberpihakan penyelenggara pemilu,” imbuh Septiaji.

Cegah Hoaks dengan Konten Edukatif
Upaya menangani hoaks tidak cukup dengan melakuan pemeriksaan fakta (fact checking). Dia memandang sangat penting upaya pencegahan dalam bentuk vaksinasi informasi atau prebunking. Caranya dengan menyajikan konten yang bisa mengedukasi publik sehingga memiliki kekebalan atau imun kuat saat terpapar hoaks.

Saat ini, Mafindo bekerja sama dengan Bawaslu dan Koalisi Masyarakat Sipil Lawan Disinformasi Pemilu 2024 yang terdiri dari 20 organisasi masyarakat sipil, serta Koalisi Cekfakta.com dengan 25 media online dan Koalisi DAMAI dengan 11 organisasi, berkolaborasi mengadang hoaks Pemilu 2024.

Kolaborasi itu berupa monitoring, pelaporan, dan penanganan hoaks yang sedang dilakukan. Selain itu, koalisi juga memproduksi konten prebunking atau pencegahan hoaks pemilu terutama dalam bentuk video.

Artikel lain

Penyimpangan Pemerintahan Jokowi, Akademisi UGM Serukan Petisi Bulaksumur

Jaga Netralitas Kades, Pembahasan Revisi UU Desa Usai Pemilu 2024

Pengamat UGM, Debat Pilpres Berhasil Apabila Berlanjut Jadi Debat Publik

“Kolaborasi ini perlu terus diintensifkan dengan melibatkan platform digital, penyelenggara pemilu, pemerintah, dan warganet,” ujar Septiaji. (Rep-04)