Ini Penyebab Gempa Magnitudo 6,2 di Kepulauan Sangihe

Lokasi gempa M6,2 di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, Rabu 16 Desember 2020. [Foto BMKG | Rienews]

Kepala LLDIKTI V Yogyakarta Sebut Jumlah Guru Besar Masih Tergolong Kecil

Lokasi pusat gempa dekat dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulut, pada umumnya tersusun oleh endapan Kuarter yang terdiri dari endapan pantai, endapan sungai dan batuan rombakan gunungapi muda yang sebagian telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan rombakan gunungapi muda yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.

Berdasarkan lokasi, kedalaman pusat gempa bumi, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat, kejadian gempa bumi ini disebabkan oleh sesar naik yang berarah relatif utara–selatan yang terbentuk akibat aktivitas penunjaman ganda Punggungan Talaud Mayu.

Hingga tanggapan ini dibuat belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan akibat kejadian gempa bumi ini. Kejadian gempa bumi ini terekam di Pos Pengamatan Gunung Api Awu di Tahuna, dan terasa pada skala II MMI (Modified Mercally Intensity).

Menurut informasi dari BMKG, guncangan gempa bumi terasa di daerah Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud pada skala II-III MMI. Kejadian gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami, meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut namun energinya tidak cukup untuk mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat, dan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. BMKG menyarankan masyarakat hati-hati terhadap gempabumi susulan yang mungkin terjadi. (Red)