Dalam pembangunan Sapo Angin, Terkelin menuturkan, material pembangunan, desain diserahkan kepada ahli Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.
“Kita serahkan kepada ahlinya. Kita tinggal terima bersih, sudah siap pakai. Siap digunakan bagi masyarakat, silakan manfaatkan dan ketahui bahwa budaya Karo masih berkibar serta perlu kita lestarikan dan jaga,” imbuh Terkelin.
Tukang Sapo Angin, Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring mengungkapkan sudah puluhan tahun melakoni sebagai tukang Sapo Angin, juga bangunan khas budaya Karo lainnya, seperti Geriten.
Kedua tukang Sapo Angin, menyebutkan, dalam membangun diperlukan kehati-hatian dalam membangung rangka, pondasi bangunan, dan juga dalam membuat ukiran, relief di bangunan Sapo Angin.
“Sapo Angin yang kami buat biasanya tergantung si pemilik. Tapi kebanyakan yang kami terima orderan itu bahan-bahan yang dibutuhkan berasal dari kami. Sekarang ini bangunan 2,5 meter x 2,5 meter, yang dibangun dengan semua bahan yang ada dan Pemkab Karo akan menerima siap jadi dan siap pakai, dengan biaya Rp40 juta,” ujar Salmon Sembiring dan Benediktus Sembiring.
Waktu pembangunan Sapo Angin, menurut keduanya, diperlukan waktu sekitar satu bulan. “Biasa kami lakukan dalam target satu bulan semuanya sudah clear,” ucap Salmon. (Rep-01)