RIENEWS.COM – Suhadi Purwantara dalam disertasinya mengemukakan, permukaan air tanah di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY, tiap tahun mengalami penurunan hingga 30 sentimeter. Penurunan ini disebabkan antara lain, makin berkurangnya area resepan air akibat dampak perluasan pemukiman.
“Semakin luasnya pertumbuhan permukiman mengakibatkan semakin berkurangnya ruang peresapan air hujan,” ujar Suhadi.
Penelitian Suhadi di Kabupaten Sleman, khususnya di dataran kaki lereng Gunung Merapi sisi selatan, terjadi pemekaran permukiman atau kawasan terbangun di daerah tersebut. Sementara di daerah perkotaan, terbentang di dekat jalan lingkar utara telah menjadi lahan terbangun relatif padat.
Lahan yang memiliki potensi menjadi kawasan resapan banyak tertutup oleh bangunan yang tidak menyerap air hujan. Kawasan ini menjadi penyumbang limpasan air hujan semakin besar.
Pada 10 tahun mendatang, kata Suhadi, wilayah tersebut diperediksi akan mengalami perluasan lahan terbangun hingga ratusan hektar.
“Hal ini akan berakibat pada ruang peresapan air hujan yang menyebabkan berkurangnya cadangan air tanah. Selain itu, bertambahnya larian air ke sungai menyebabkan seringnya terjadi banjir,” ungkap Suhadi dalam ujian terbuka Program Doktor di Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta, Rabu 30 Januari 2019.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) itu, menyatakan, kawasan dengan lahan terbangun relatif padat seperti di sekitar jalur lingkar utara Jalan Magelang, Kampus UII terpadu, kedalaman muka air tanahnya semakin turun. Padahal, kawasan padat penduduk tersebut sangat berpotensi menjadi daerah resapan.