Kelima, sifat ummy (buta huruf dan angka) sudah hilang. Menurut Arwin, saat ini rukyat bukan kriteria mutlak untuk memastikan masuknya sebuah awal bulan. Zaman Nabi Saw menggunakan rukyat karena masyarakatnya masih belum mampu membaca dan menghitung. ‘illat ini telah hilang, sehingga rukyat tidak lagi relevan untuk digunakan sebagai metode penentuan awal bulan.
Keenam, Rukyat adalah sarana, bukan tujuan ataupun cara mutlak dalam penentuan awal bulan. Rukyat bukan merupakan bagian dari ibadah puasa, ia hanya bagian dari cara teknis untuk menentukan masuknya awal bulan. Sehingga mengganti rukyat dengan hisab, tidak menghilangkan esensi dari ibadah puasa.
Ketujuh, hisab bersifat qath’i/yaqin, sedangkan rukyat bersifat zhanni. Kedelapan, analogikan penentuan awal bulan dengan penentuan waktu salat. Jika waktu salat menggunakan hisab, mengapa tidak untuk menentukan awal bulan.
“Tidak ada asalan bagi kita untuk tidak menerima hisab dalam penentuan awal-awal bulan hijriah, di antaranya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah” ujar Arwin.
Jangan Jadikan Sumber Perpecahan
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan, jika terjadi perbedaan penetapan hari-hari penting itu di tubuh internal umat Islam Indonesia diminta untuk saling menghargai, menghormati, dan tasamuh.
“Kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadan, 1 Syawal 10 Zulhijjah sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan,” ungkap Haedar di Konferensi Pers maklumat PP Muhammadiyah Penetapan hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah 1444 H pada Februari 2023.
Haedar mengatakan, supaya umat Islam menjunjung tinggi penghargaan dan kearifan ketika menjalankan praktek beragama. Perbedaan sebagai suatu yang biasa, maka perbedaan tersebut jangan dianggap sebagai sumber perpecahan.
Artikel lain
Mahfud MD: Naskah RUU Perampasan Aset Segera Dikirim ke DPR
Ini Alasan Presiden Jokowi Tidak Adakan Open House Lebaran 2023
Ini Wartawan Pemenang Lomba Jurnalistik Tambang Emas Martabe
“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nad perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” kata Haedar. (Rep-02)
Sumber: Muhammadiyah