Selamat Jalan Penyair Joko Pinurbo, Ibadah Puisimu Paripurna

Penyair Joko Pinurbo. Foto pendidikanindonesia-fib.ub.ac.id.
Penyair Joko Pinurbo. Foto pendidikanindonesia-fib.ub.ac.id.

Namun rencana penyair Yogyakarta itu tak berlanjut. Ia lebih dulu menyusul sosok yang ditulisnya itu, kembali ke haribaan Tuhan, Sabtu, 27 April 2024. Tak sedikit orang terkejut. Banyak orang berduka. Penulis puisi yang melejitkan Yogyakarta menjadi ikon, bahwa “Jogja terbuat dari rindu, pulang dan angkringan” itu berpulang dalam usia 61 tahun. Usai dirawat beberapa saat di rumah sakit.

“Jogja selalu berat dan kusut. Pak Jokpin-lah yang membuatnya menjadi romantis dan sangat sentimental,” demikian cuit blogger Agus Mulyadi dalam akun X space-nya, @AgusMagelangan.

Jokpin lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 11 Mei 1962. Lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta itu begitu ringan merangkai kata. Ia produktif membuat puisi sekaligus aktif mengunggah karya-karyanya di akun media sosialnya, seperti X space dan Instagram. Meski sebait, meski sebaris. Baginya, menulis puisi adalah menunaikan ibadah.

Karya puisinya telah mewarnai khasanah sastra Yogyakarta. Perpaduan antara humor dan ironi dikemas dalam karya apik yang jenaka dan menyentil kenyataan sosial sekitarnya. Seperti puisinya yang berjudul “Do’a Orang Sibuk yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya”.

Tuhan, ponsel saya rusak dibanting gempa
Nomor kontak saya hilang semua
Satu-satunya yang tersisa ialah nomor-Mu
Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya nomor yang tak pernah kau sapa

Tak hanya menyentil, Jokpin juga menjadikan puisi sebagai cerita. Yang remeh temeh menjadi indah dan penuh makna dalam arsiran puisinya. Sekaligus menulis puisi untuk menjadi pengingat atas suatu peristiwa yang tengah terjadi. Antara lain bisa dibaca dalam puisi-puisi dia pada masa hari-hari dirundung pandemi Covid-19. Terutama saat virus SARS-Cov2 kian menggila yang memborong banyak nyawa pada tahun 2021.

Juli 2021
Hari-hariku terbuat dari innalillahi

Begitu pun puisi berikut ini pada bulan tahun yang sama, 2021.

Berilah kami oksigen pada hari ini
Dan ampunilah nyiur kami
Yang melambai-lambai di pantai

Ada lagi puisi yang diberinya judul “Ambulans”

Negara meraung-raung
Menjemput warganya yang terlantar
Dan terlambat ia selamatkan

Penyair yang ringan tangan mempersembahkan puisi-puisinya tentang dan untuk sosok siapapun itu, atas kepergiannya juga mendapat persembahan puisi. Pada hari kematiannya, penyair Candra Malik menuliskan empat larik puisi untuknya yang diberi judul “Di Awal Pagi”.

Di Panti Rapih
Dihampiri Kekasih
Laki-laki ramah itu
Kini telah bertemu

Dengan Maha Makna
Tak tertuliskan kata-kata

Padawaktu berpulang
Cinta rindu menjelang
Di awal pagi romantis
Di kekal nurani puitis

Selamat jalan, Penyair
Ke alamat tujuan akhir
Sajak-sajakmu bahagia
Sejak jejakmu paripurna

Artikel lain

Pesta Liquid Ganja Selebgram dan Atlet E-Sport Terendus Polisi

Direksi BPDSI, Asbanda dan Bank Sumut Gelar Welcoming Dinner Undian Tabungan Simpeda 2024

Ini Respons Presiden Jokowi Soal Putusan Sengketa Pilpres 2024

Selamat jalan penyair Joko Pinurbo. Seperti puisimu: Hidup adalah perjalanan kehilangan. Hidup adalah kumpulan perpisahan. (Pito Goestin)