Singgung Ibu-ibu Pengajian, Aktivis HAM Minta Megawati Ikut Pelatihan Kesetaraan Gender

Kantor Komnas Perempuan di Jakarta. Foto setkab.go.id.
Kantor Komnas Perempuan di Jakarta. Foto setkab.go.id.

RIENEWS.COM – Sebuah pernyataan resmi Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Megawati Soekarnoputri dalam acara Kick Off Pancasila “Tindakan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana kegiatan oleh BPIP, BRIN, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan lain-lain” di Jakarta pada 16 Februari 2023 memantik kritikan para aktivis yang bergabung dalam Koalisi Pegiat HAM Yogyakarta.

Megawati mengatakan,”Saya lihat ibu-ibu tuh ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully, kenapa toh senang banget ngikut pengajian. Iya lho, maaf beribu maaf.”

Kemudian Megawati melanjutkan,“Saya sampai mikir gitu, ini pengajian ki sampai kapan to yo, anakke arep diapake (anaknya mau diapain?).”

Lalu Megawati menyampaikan pesan kepada Mensos (Menteri Sosial) dan Men-PPPA (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak),”Tolong bikin manajemen rumah tangga kekeluargaan,”

Pernyataan tersebut dinilai bentuk pelabelan negatif terhadap komunitas perempuan di Indonesia, dalam hal ini ibu-ibu pengajian. Pernyataan resmi secara utuh dapat diunduh melalui kanal youtube BKKBN.

“Kami menduga pernyataan itu ada pelabelan negatif kepada ibu-ibu pengajian yang dianggap pihak yang menelantarkan anak dan tidak mampu memanajemen rumah tangga,” kata juru bicara Koalisi Pegiat HAM Yogyakarta, Tri Wahyu dalam siaran pers yang diterima Rienews.com pada 22 Februari 2023.

Padahal, lanjut Tri Wahyu, selama ini publik tidak pernah mendapat publikasi dari BPIP, BRIN, BKKBN, Kemen-PPPA, maupun organisasi perangkat daerah yang membidangi perlindungan anak terkait data ibu-ibu pengajian sebagai aktor penelantaran anak.

“Pelabelan negatif itu memberi kesan kepada publik, bahwa ibu-ibu pengajian bagian dari masalah kasus stunting. Faktanya justru sebaliknya,” imbuh Tri Wahyu.

Artikel lain

Blipay Kini Hadir di tiket.com, Makin Kaya Manfaat untuk Pelanggan

Kejati Sumut Eksekusi Syamsuri Terpidana Perkara Rp3 Miliar

Kapolda Jambi Berhasil Dievakuasi dari Hutan Kerinci

Berdasarkan penelusuran koalisi tersebut, ibu-ibu pengajian justru menjadikan isu stunting sebagai materi pengajian. Seperti yang dilakukan Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Alla, Patmawati yang mengawali materi pengajian di Majelis Ta’lim Istiqamah Pebu Desa Tongko Kecamatan Baroko pada 13 Juni 2021. Dihadapan jamaah, Patmawati yang juga Sekretaris Pokjaluh Kementerian Agama Kabupaten Enrekang mengajak jamaah pengajian yang umumnya kaum ibu tentang bagaimana berusaha semaksimal mungkin mengatasi stunting dengan memperbaiki pola asuh anak yang dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga.

“Sebagai Dewan Pengarah BPIP dan BRIN, semestinya Megawati lebih arif, bijaksana dan berhati-hati dalam menyampaikan pandangan. Mestinya berdasarkan data ilmiah, bukan opini yang diduga pelabelan negatif,” papar Tri Wahyu.