RIENEWS.COM – Tahap Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nusa Tenggara Barat (NTB) pascagempa 7 skala richter pada Agustus 2018 lalu, hingga Sabtu 15 Desember 2018, telah terbangun 198 unit rumah. Pembangunan rumah warga korban gempa NTB, dilakukan dengan metode rumah instan sederhana sehat (Risha), rumah konvensional (Riko), rumah kayu (Rika), dan metode pembanguna rumah Cetak Raswari Indonesia (RCI).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya, Senin 17 Desember 2018, menyebutkan, pembangunan rumah dengan metode Risha sebanyak 1.582 unit, Riko 890 unit, Rika 430 unit, dan RCI 8 unit.
Baca Berita: Longsor dan Banjir Landa Kabupaten Karo Sejak Pekan Lalu
“Proses pembangunan tersebut tersebar di seluruh wilayah NTB. Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Satuan Tugas Tahap Rekonstruksi dan Rehabilitasi (15 Desember 2018), 2.910 unit rumah sedang dibangun dengan beberapa metode tadi,” ujar Sutopo.
Peminat tertinggi untuk pembangunan yakni dengan Risha jumlah 6.917 keluarga (KK), disusul dengan Riko 4.438 KK, Rika sebanyak 2.596 KK. Sementara untuk metode pembangunan rumah RCI diminati 43 KK.
Hambatan
Pemerintah membentuk kelompok masyarakat (Pokmas) selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa. Meskipun telah terbentuk Pokmas, beberapa tantangan terjadi di lapangan sehingga menghambat proses rekonstruksi fisik pembangunan rumah.
Beberapa kendala yang dihadapi seperti kurangnya tenaga kerja lapangan, lambatnya pembentukan pokmas dan proses verifikasi data, lambatnya pengadaan dan distribusi material bangunan, serta keperrcayaan masyarakat terhadap fasilitator.