EKBIS  

UI Kembangkan Aplikasi untuk Tunanetra


Warning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /home/u852784619/domains/rienews.com/public_html/wp-content/themes/wpberita/template-parts/content-single.php on line 98
Ilustrasi
Ilustrasi

POSBOGOR.COM – Mahasiswa jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Deka Komanda Yogyantara berhasil mengembangkan sebuah aplikasi bernama Ayobacain untuk membantu orang berkebutuhan khusus (tunanetra) dalam membaca buku.

“Saat ini aplikasi Ayobacain tengah dikembangkan dan akan resmi diluncurkan pada Agustus 2016,” kata Kepala Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti di kampus UI Depok, kemaren.

Ayobacain merupakan aplikasi pertama di Indonesia yang mengonversikan buku konvensional menjadi audiobook bagi para penyandang tunanetra.

Para penyandang tunanetra dapat mengakses buku-buku melalui website www.ayobaca.in dan aplikasi Ayobacain di telepon genggam berbasis iOS dan Android.

Keunggulan aplikasi Ayobacain ada pada akses gratis bagi para tunanetra untuk dapat membaca beragam buku mulai dari buku teks, buku ilmiah, diktat, modul, hingga novel dan komik.

Para pembaca buku dapat merekam di mana saja dan kapan saja sesuai kesediaan waktu yang mereka miliki. Pembaca buku juga tidak harus membaca satu buku penuh melainkan dapat membaca per bab dan dapat dilanjutkan oleh temannya yang lain.

“Yang menarik dari Ayobacain adalah Deka berusaha menghidupkan karakter yang ada di dalam buku-buku berbasis cerita maupun gambar seperti novel, cergam, maupun komik,” ujarnya.

Rifelly mengatakan para pembaca buku akan mewakili masing-masing karakter yang ada di buku tersebut dan saling bercerita dengan suara yang berbeda sehingga teman-teman tunanetra bisa turut merasakan emosi dari setiap karakter yang ada di buku.

“Cara kerja aplikasi ini adalah dengan mengundang masyarakat umum untuk membacakan suatu buku yang direkam secara realtime dan dikonversikan menjadi audiobook melalui aplikasi ayobacain,” katanya.

Dengan demikian, katanya, penyandang tunanetra dapat mengakses audiobook tersebut melalui website maupun aplikasi ayobacain melalui telepon genggam secara gratis.

Sementara itu Deka mengatakan aplikasi ini dilatarbelakangi bentuk kepedulian Deka akan sedikitnya penyandang tunanetra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia.

Selain itu, Deka melihat bahwa harga buku Braille berkali lipat lebih mahal dan lebih tebal dari buku konvensional, serta judul buku yang sangat terbatas terutama dalam bahasa Indonesia.

Di sisi lain, audiobook untuk tunanetra juga masih minim dan mayoritas masih berbentuk cakram padat dengan distribusi yang masih terbatas. “Hanya 2.000 orang dari 3,7 juta tunanetra yang dapat mengakses buku Braille di Indonesia,” katanya.

Kondisi ini sangat disayangkan karena 40 persen dari 3,7 juta tunanetra tersebut masih dalam usia sekolah dan membutuhkan akses terhadap ilmu pengetahuan melalui buku.

Deka percaya Ayobacain mampu membuka akses seluas-luasnya bagi mereka yang berkebutuhan khusus untuk dapat membaca beragam jenis buku dan mempermudah akses ilmu pengetahuan bagi 3,7 juta tunanetra di Indonesia.

Ke depannya, Ayobacain diharapkan mampu meningkatkan jumlah audiobooks di Indonesia dan menciptakan gerakan sosial membacakan buku bagi para penyandang tunanetra.

Melalui karyanya ini, Deka menerima penghargaan sebagai Top 5 Social Business Project dalam Program Community Leaders Ayamin Plus yang diadakan oleh NAMA Foundation, Ghadan Institute yang berbasis di Arab Saudi serta Waffa Indonesia Gemilang yang dilaksanakan di Jakarta (4/6/2016) lalu.

Selain penghargaan tersebut, Deka juga menerima pendanaan senilai Rp17 juta untuk mengembangkan bisnis sosialnya yang bertujuan membantu tunanetra di Indonesia.

Deka menjadi salah satu wakil dari Indonesia yang akan berangkat ke Turki akhir tahun ini untuk mengikuti training social entrepreneurship serta membangun kerja sama lebih lanjut tingkat global.[ANT/ING]